Rabu, 27 Juli 2016

Taxonomist wanna be...

Haiii apa kabar blogersss? Sekarang aku lagi sibuk penelitian untuk skripsiku nihhh lagi olah data sihhh doakan yaaah semoga diberi kelancaran dan kemudahan biar cepet selesai dan wisuda Oktober 2016! aamiin yarobbalalamiin
Waktu itu aku sempet ikutan L'OREAL Sorority in Science ditawarin sama bu Atik, beliau yang memberi tau ku tentang program beasiswa ini. 5 pemenang yang beruntung akan mendapatkan uang tunai 20jt rupiah yang harus digunakan untuk membantu studi pendidikannya. nah tugasnya suruh buat essay yang tema nya "Jika aku menjadi peneliti di Indonesia". Karena minat aku dari Kerja Praktek kemarin sampe sekarang penelitian skripsi tentang Taksonomi, jadi aku buat essay ini dehhh... Btw maaf kalo ga terlalu bagus atau gimana karena ini essay pertama ku tp Alhamdulillahnya bu Atik mau bantu aku untuk mengoreksi kesalahan yang ada dalam essay ini, tadinya pembimbingku yang baik hati bu Deby juga mau koreksi tapi waktunya udah mepet banget huhu jadi cuma sempet ku kirim ke bu Atik aja deh...


Taxonomist Wanna be
            Indonesia memiliki keanekaragaman jenis flora dan fauna yang tinggi. Meskipun luas daratannya hanya sekitar 1,3% dari luas total daratan di dunia, Indonesia diperkirakan mempunyai 30.000-40.000 jenis tumbuhan atau 15,5% dari total jumlah jenis tumbuhan di dunia. Pengungkapan data keanekaragaman tumbuhan Spermatophyta Indonesia saat ini diperkirakan baru mencapai 50% (Elizabeth dkk, 2014). Sekitar 20.000 dari sekitar 40.000 jenis tumbuh-tumbuhan yang ada di kawasan Malesia masih belum diketahui. Masih banyak tumbuhan Indonesia yang perlu dieksplorasi dari seluruh wilayah Indonesia. Tumbuhan hasil eksplorasi harus diidentifikasi, diberi nama ilmiah, dan diklasifikasikan sesuai dengan kaidah ilmu taksonomi.  Penamaan, identifikasi dan klasifikasi merupakan pekerjaan pokok seorang taksonomist. Dengan masih banyaknya penelitian yang harus dilakukan terkait dengan kehati yang ada, Indonesia masih membutuhkan banyak ahli taksonomi. Pengungkapan keanekaragaman hayati (kehati) Indonesia menjadi tanggung jawab kita semua (Rifai, 2012).
            Saya, Nalar Mutiara Esa mahasiswa S1 Biologi Universitas Diponegoro, Semarang. Mendaki gunung adalah hobi saya. Melihat tumbuhan dengan segala variasinya sangat menginspirasi saya untuk belajar kehati Indonesia. Keinginan untuk berkontribusi terhadap pengungkapan kehati sangat kuat di hati, dan memberikan yang terbaik bagi ibu pertiwi. Apabila ditanya apa cita-cita saya saat ini, saya akan menjawab cita-cita saya adalah menjadi peneliti taksonomi.  Seorang peneliti taksonomi akan membantu mengenali semua jenis tumbuhan yang ada di dunia, dan mengumpulkan semua data yang lengkap untuk dideskripsikan secara teratur sehingga terciptanya sistem klasifikasi. Sistem klasifikasi ini akan dianalisa kembali untuk memperoleh dasar ilmiah keanekaragaman dan hubungan kekerabatan tumbuh-tumbuhan tersebut.       
Saya terinspirasi menjadi taxonomist sejak melakukan kerja praktek di Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi-LIPI pada tahun 2015. Saat itu saya bertemu dengan peneliti-peneliti taksonomi di Herbarium.  Dengan teknunnya seorang taxonomist mengamati ciri-ciri morfologi tumbuhan yang telah dikeringkan. Mungkin bagi banyak orang, contoh tumbuhan kering sama sekali tidak menarik perhatian, tetapi bagi taxonomist dan pemerhati kehati, contoh tumbuhan kering itu sangat penting sebagai bukti kehati tumbuhan Indonesia yang tinggi.
Pada waktu yang bersamaan, beberapa teman-teman  dari Universitas Riau (Unri) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) juga melakukan kerja praktek di bidang yang sama. Kami memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap keanekaragaman tumbuhan di Indonesia, sehingga waktu yang pas untuk saling berbagi pengalaman dan saling memberi semangat.  
Sifat petualang dan senang menjelajah lapangan terbuka dan hutan belantara ada dalam diri saya. Kemampuan ini menjadi salah satu modal menjadi peneliti taksonomi. Eksplorasi tumbuhan ke hutan  untuk mengumpulkan sampel tumbuhan harus dilakukan oleh peneliti taksonomi. Beberapa pengalaman mendaki dan menjelajah hutan telah sering saya lakukan. Saya dalam organisasi pecinta alam Haliaster di kampus UNDIP. Salah satu kegiatan Haliaster adalah menjelajah hutan untuk mendata biodiversitas pada suatu kawasan Taman Nasional. Ekspedisi yang pernah kami lakukan adalah ke Taman Nasional Bali Barat, TN Alas Purwo, TN Gunung Ciremai, TN Karimun Jawa. Walaupun saya seorang wanita,  bukan menjadi halangan bagi saya untuk melakukan kegiatan di lapang. Menjelajah hutan merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan, karena saya dapat mengambil pelajaran dari alam.
            Saat ini saya sedang melakukan penelitian skripsi di Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi-LIPI tentang studi taksonomi Endiandra (Lauraceae) dari Sumatra. Penelitian ini dilakukan berdasarkan karakter morfologi atau biasa disebut taksonomi klasik. Taksonomi merupakan ilmu dasar dalam bidang biologi yang perkembangannya tergantung dengan kemajuan cabang-cabang ilmu biologi yang lainnya. Sebagai penelitian dasar, hasil penelitian taksonomi dapat dimanfaatkan oleh bidang-bidang penelitian lainnya. Taksonomist merupakan penunjuk jalan pada penelitian biologi karena tanpa taksonomist, biologi tidak dapat berkembang dengan pesat dan efisien.            
            Taxonomist tidak hanya sekedar melakukan pencirian, penggolongan, dan penamaan spesies saja, studi taksonomi juga dapat melakukan upaya konservasi. Seorang taxonomist harus berpacu dengan perubahan lingkungan yang semakin lama semakin hilang atau rusak. Sebelumhutan menghilang, kita harus  mengetahui kekayaan tumbuhan yang ada di Indonesia. Setelah mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang ada di Indonesia, penelitian lanjutan dapat dilakukan terkait dengan manfaat jenis-jenis tumbuhan tersebut secara ekologis, ekonomis, kesehatan, dan lain sebagainya.
            Mungkin ada orang yang menganggap sebelah mata pekerjaan ini atau banyak juga yang memberi apresiasi positif. Banyak negara maju telah mendata kehatinya.  Belanda sudah mempunyai catatan hampir dari seluruh kehati Indonesia sejak tahun 1800-an. Jepang sudah mencatat biodiversitas mereka sejak tahun 1900-an dan sekarang sedang dilakukan observasi pengaplikasiannya. Amerika Serikat bahkan telah melakukan pencatatan genetik hampir seluruh biodiversitas di negerinya. Bagaimana dengan Indoensia? , Indonesia baru memulai lagi pencatatan kehatinya di akhir abad 19. Data keanekaragaman ini mungkin sekarang dianggap kurang penting, namun di masa yang akan datang mungkin sebaliknya, mengingat bahwa laju kerusakan ekosistem di Indonesia yang sangat cepat. Sehingga kita memiliki catatan bahwa negeri Indonesia pernah memiliki kekayaan biodiversitas yang sangat melimpah dan beragam jumlahnya.
  

Tadaaaaw selesai deh wqwq
oiya soal terpilih atau engga nya aku di program beasiswa itu gaktau juga yakkk wqwq soalnya sampe sekarang engga ada kabar euyyy kayaknya sih engga kepilih ya ahaha pasti banyak yang lebih bagus lagi dan ku akui aku buat ini juga mendadak bgt jadi kurang persiapan yang matang dehhh. Jadi besok2 kalo mau buat essay tuh harus dari jauh-jauh harii trs essay yang kamu buat juga harus 1. Sistematis 2. Ada referensi 3. Kekinian 4. ada Problem Solving itu yang aku tau pas ikut seminar lewat whatsApp dari YOUCAN Discuss ehehe
Selamat buat essayyy!
Good Luck! ;)







X.O.X.O.